PERAN HUMAS BUMN DI ERA DIGITAL DALAM KOMUNIKASI KEPADA MASYARAKAT

Di era digital seperti sekarang, informasi menyebar sangat cepat — bahkan sebelum fakta lengkap tersedia, publik sudah membentuk opini. Dalam kondisi ini, peran Humas (Hubungan Masyarakat) menjadi sangat strategis, khususnya bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat.

Humas tidak lagi hanya berfungsi sebagai juru bicara atau pengatur konferensi pers. Mereka kini harus mampu menjembatani komunikasi yang dua arah, real-time, dan berbasis kepercayaan. Apalagi dengan posisi BUMN sebagai representasi negara di sektor-sektor strategis, komunikasi yang dilakukan Humas berkontribusi langsung terhadap citra pemerintah di mata publik.

Humas BUMN dan Tantangan Era Digital

Transformasi digital menghadirkan dua sisi bagi Humas: tantangan dan peluang. Di satu sisi, kemunculan media sosial dan platform digital membuat isu lebih cepat menyebar. Namun di sisi lain, media ini juga memberi BUMN kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat tanpa perantara.

Di era ini, masyarakat tidak hanya ingin tahu apa yang dilakukan BUMN, tetapi juga bagaimana dan kenapa. Mereka ingin transparansi, kecepatan respon, dan bukti nyata bahwa BUMN bekerja untuk kepentingan publik.

Untuk itu, Humas BUMN perlu:

  • Menguasai teknologi dan media digital.

  • Mampu berpikir strategis dan komunikatif dalam menghadapi krisis.

  • Menjadi pengelola reputasi, bukan sekadar pengirim informasi.

Media Sosial: Wajah Baru Komunikasi Publik

Media sosial adalah medan utama Humas BUMN saat ini. Akun-akun Instagram, Twitter/X, TikTok, LinkedIn, hingga YouTube menjadi kanal utama menyampaikan informasi, membangun engagement, dan merespons opini publik.

Contoh-contoh implementasi nyata:

  • PT KAI rutin memberikan update informasi jadwal, promosi tiket, serta klarifikasi gangguan layanan lewat Twitter dan Instagram.

  • PLN menggunakan media sosial untuk edukasi seputar tagihan, penghematan energi, dan keselamatan instalasi listrik.

  • Telkom Indonesia aktif mempublikasikan program literasi digital, mendekatkan perusahaan dengan generasi muda lewat pendekatan visual modern.

  • PTPN III (Persero), sebagai induk holding BUMN Perkebunan, juga semakin aktif di media sosial. Mereka membagikan informasi seputar pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan, publikasi laporan keberlanjutan (sustainability report), hingga kegiatan CSR dan edukasi tentang produk perkebunan. Akun Instagram dan LinkedIn mereka menampilkan citra BUMN yang profesional, modern, dan berkomitmen terhadap lingkungan dan masyarakat.

Melalui platform-platform ini, Humas tidak hanya menyebarkan informasi, tapi juga membentuk opini, menjawab pertanyaan publik, dan merespons kritik secara langsung.

Komunikasi Krisis: Momen Penentu

Di tengah berbagai potensi krisis—seperti gangguan layanan, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, atau bahkan hoaks—peran Humas menjadi penentu apakah krisis akan dikelola dengan baik atau justru menjadi bola liar.

Contohnya, saat terjadi kebakaran di kilang Pertamina, akun media sosial resmi menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat. Respons cepat, transparansi, dan bahasa yang humanis menjadi kunci agar masyarakat merasa dilibatkan dan dihargai.

Strategi komunikasi krisis yang baik:

  • Menyampaikan fakta dengan cepat tanpa harus menunggu semuanya sempurna.

  • Menjaga nada komunikatif dan empatik.

  • Memastikan narasi tidak dibajak oleh informasi menyesatkan.

Membangun Reputasi Melalui Storytelling

Komunikasi yang baik tidak selalu soal data dan pernyataan resmi. Di era digital, publik lebih tertarik pada cerita. Di sinilah kekuatan storytelling dalam strategi Humas berperan.

Banyak BUMN mulai mengangkat sisi humanis perusahaan: kisah pekerja lapangan, inovasi anak muda di unit kerja, atau kegiatan sosial yang menyentuh. Misalnya:

  • PTPN III (Persero) secara rutin mempublikasikan kegiatan community development, seperti dukungan terhadap UMKM lokal, program lingkungan di sekitar areal kebun, serta kolaborasi dengan sekolah dan pesantren. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga keberlanjutan dan kesejahteraan sosial.

Melalui storytelling, Humas membentuk narasi yang dekat dengan masyarakat, bukan hanya sekadar institusi besar yang kaku.


Sinergi Internal dan Literasi Digital

Di balik komunikasi yang efektif, ada kolaborasi internal yang kuat. Humas BUMN tidak bisa berjalan sendiri — mereka harus bersinergi dengan divisi operasional, legal, IT, dan CSR untuk memastikan informasi yang disampaikan akurat, utuh, dan berdampak.

Selain itu, penting juga bagi Humas untuk:

  • Mendorong literasi digital di kalangan karyawan agar semua unit kerja bisa menjadi duta informasi.

  • Melibatkan pegawai sebagai bagian dari narasi, misalnya melalui konten "employee story" atau testimoni lapangan.

Penutup: Humas sebagai Penjaga Kepercayaan Publik

Peran Humas BUMN di era digital bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga menjaga kepercayaan publik. Dengan kecepatan informasi, tekanan media, dan tuntutan keterbukaan, Humas menjadi pilar penting yang menentukan citra perusahaan dan legitimasi BUMN di mata masyarakat.

Selama Humas mampu beradaptasi dengan teknologi, menjaga integritas komunikasi, dan membangun hubungan yang jujur dengan publik, maka kepercayaan akan terus terjaga — dan itu adalah aset paling berharga dalam era digital seperti sekarang.

Posting Komentar

0 Komentar