Dunia yang Penuh Notifikasi
Zaman sekarang, satu info bisa nyebar ke mana-mana cuma dalam hitungan detik. Bayangin lo lagi rebahan di kosan, tiba-tiba lihat berita viral di Twitter soal "BUMN korup", "listrik sengaja dimatiin", atau "harga minyak naik karena ulah perusahaan A". Belum tentu bener, tapi udah rame. Inilah tantangan besar buat dunia Humas (Hubungan Masyarakat) hari ini.
Buat lo yang baru masuk kuliah, terutama anak komunikasi atau yang lagi ambil mata kuliah Humas, ini artikel yang pas banget buat lo. Kita bakal bahas kenapa hoaks itu bahaya, dan gimana peran Humas — terutama di institusi besar kayak BUMN — dalam ngadepin isu yang viral dan krisis reputasi.
Apa Itu Humas dan Kenapa Penting?
Sebelum ngomongin krisis dan hoaks, kita harus sepakat dulu: apa itu Humas?
Humas (Public Relations/PR) itu profesi yang tugasnya bukan cuma bikin siaran pers atau ngundang wartawan. Mereka ini jembatan komunikasi antara organisasi dan publik. Kalau lo bayangin perusahaan itu sebagai manusia, maka Humas adalah mulut dan telinganya.
Tugasnya?
Ngasih info ke publik
Dengerin apa yang publik omongin
Ngatur strategi komunikasi
Jaga reputasi organisasi
Di era digital, peran Humas makin berat karena informasi bukan cuma datang dari media, tapi dari semua orang: netizen, influencer, bahkan akun parodi.
Apa Itu Hoaks dan Kenapa Bisa Bikin Reputasi Runtuh?
Hoaks adalah informasi palsu atau menyesatkan yang disebar dengan niat buruk atau cuma buat sensasi. Kadang dibumbui fakta, kadang murni karangan bebas.
Contoh:
Video yang katanya PLN sengaja matiin listrik di daerah tertentu (padahal itu pemeliharaan rutin).
Screenshot palsu dari WhatsApp yang seolah-olah datang dari internal perusahaan.
Narasi di TikTok yang nge-blow up suatu kejadian tanpa konteks lengkap.
Masalahnya:
Kalau publik udah percaya sama hoaks, klarifikasi kayaknya udah “kalah start”. Di sinilah krisis reputasi bisa terjadi. Kepercayaan publik runtuh, brand image rusak, dan kadang ujungnya bikin perusahaan kena boikot.
Humas vs Hoaks: Siapa yang Menang?
Humas yang adaptif di era digital tahu kalau mereka nggak bisa lagi cuma
pasif nunggu ditanya. Mereka harus:Cepat Tanggap
Respons dalam hitungan jam. Kalau bisa, bahkan menit.Gunakan Kanal yang Tepat
Jangan cuma press release di website, tapi juga upload di Instagram, Twitter/X, TikTok, dan bahkan balas komen kalau perlu.Jangan Kaku
Bahasa yang terlalu formal kadang bikin orang males baca. Gunakan kalimat yang santai tapi tetap profesional.Transparan
Jangan muter-muter. Netizen zaman sekarang lebih suka kejujuran yang apa adanya.
Studi Kasus: Pertamina, PLN, dan PTPN III
Pertamina
Waktu terjadi kebakaran di kilang minyak, video amatir langsung viral. Banyak hoaks bermunculan, mulai dari "kesengajaan" sampai "tutup-tutupan". Tapi Humas Pertamina langsung merilis klarifikasi, menggelar press conference, dan upload update resmi di media sosial.
Hasilnya? Masyarakat punya pegangan info resmi. Emosi netizen nggak makin liar.
PLN
Pernah juga ada info viral soal pemadaman bergilir. Banyak yang mikir PLN sengaja matiin listrik tanpa pemberitahuan. Tapi tim Humas langsung bikin infografis di Instagram dan edukasi publik soal pemeliharaan jaringan. Ada juga reply langsung ke netizen.
PTPN III (Persero)
Sebagai holding BUMN Perkebunan, PTPN III mulai aktif di media sosial dan lebih terbuka soal pengelolaan sawit, program CSR, dan isu lingkungan. Ketika ada narasi negatif soal kelapa sawit dan dampaknya ke alam, tim Humas mereka gak tinggal diam — mereka merespons lewat kampanye digital soal sustainability dan transparansi bisnis.
Dampak Jangka Panjang Hoaks Buat Lembaga Publik
1. Kepercayaan Publik Ambruk
Begitu publik mulai ragu, reputasi yang udah dibangun bertahun-tahun bisa langsung ambyar.
2. Gangguan Operasional
Hoaks bisa bikin operasional perusahaan terganggu. Misalnya, demo warga, boikot produk, atau tekanan politik dari isu yang digoreng netizen.
3. Krisis Internal
Karyawan bisa malu pakai seragam kerja, atau ragu bicara di publik. Moral internal bisa turun.
Contoh Tambahan: BUMN Lain
Garuda Indonesia
Pernah viral karena ‘menu di pesawat’. Garuda tanggapi dengan santai dan dewasa — image mereka justru naik.
Telkomsel
Hoaks soal "pulsa disedot" langsung dijawab dengan video edukatif. Langkah cepat bikin pelanggan tetap percaya.
Etika Humas Digital
1. Jangan Gaslighting
Jangan bilang “itu cuma persepsi publik” kalau faktanya memang ada masalah.
2. Hindari Menyalahkan
Jangan bilang “itu salah netizen sendiri”. Nada menyalahkan bikin publik makin marah.
3. Jangan Janji Palsu
Kalau belum siap, jangan umbar janji perbaikan. Netizen jeli dan bisa marah kalau PHP.
Mahasiswa dan Masa Depan Humas
Latihan bikin press release
Belajar analisa krisis
Aktif di organisasi kampus
Kelola akun medsos komunitas
Checklist Praktis: Lo Siap Jadi Humas?
✅ Bisa nulis to the point
✅ Paham medsos
✅ Gak panikan
✅ Dengerin orang
✅ Kerja sama tim
✅ Responsif
✅ Terbuka belajar
✅ Mental kuat
Penutup
Peran Humas makin penting di era digital. Mereka bukan cuma tukang klarifikasi, tapi penentu arah narasi dan penjaga kepercayaan publik. Buat lo yang masih di awal kuliah, jangan ragu buat mulai belajar. Karena bisa aja, beberapa tahun lagi, lo lah yang berdiri paling depan di tengah badai informasi.
0 Komentar